Tentang Shanumku Bag 2 (Perjuangan, Keihklasan, Hadiah Terindah)
Kamis, 29 September 2016
Saya terbangun pukul 02:30 pagi karna ingin buang air kecil ke kamar mandi, saat buang air kecil kok lama sekali, seperti tidak habis-habis pipis saya. Saya masih belum ada firasat apa-apa, kembali ke kamar lalu melanjutkan untuk tidur.
Terbangun lagi pukul 03:00 karena merasa tidak nyaman, celana dalam saya terasa basah sekali, lalu saya ke kamar mandi lagi untuk mengganti celana dalam dan menggunakan pembalut. Namun setelah beberapa menit saya merasa pembalut saya kok cepat sekali terasa basahnya, saya ke kamar mandi lagi melihat sepeti ada lendir yang keluar dan air banyak sekali disertai ada flek-flek darah dikit. Saya membangunkan suami saya, memberitahukan tentang kondisi saya dan memperlihatkan celana dalam saya yang ada flek darahnya, dia menanggapi "Oh, itu mungkin tanda-tanda mendekati persalinan", Ujarnya sambil melanjutkan tidurnya. Saya langsung nervous ketika mendengar ucapannya, lalu saya berujar "Iya terus aku harus gimana ?" | "Kamu berasa mules gak ?" | "Belum sih, cuma aku takut", tanpa sadar saya malah menangis saking nervousnya dan suami saya langsung menenangkan "Loh kok takut ? kan sebentar lagi mau ketemu sama baby, dia udah mau ketemu sama kita loh itu, masa takut sih ?" lagi-lagi dia menenangkan dan menyuruh saya untuk terus banyak berdoa dan beristigfhar. "Ya udah kamu gak usah ke kantor dulu yah, nanti aku antar ke rumah sakit, sambil aku kerja, biar bisa dipantau proses persalinannya sama dokter" Lalu kami lupa belum menyiapkan apapun untuk proses persalinan, subuh itu juga saya dibantu suami mulai memasuki barang-barang yang sekiranya dibutuhkan untuk proses persalinan. Sambil saya email ke atasan saya meminta izin saya tidak bisa kekantor karna saya harus masuk rumah sakit untuk proses persalinan.
Setelah adzan subuh berkumandang, Mama saya bangun dan kaget kenapa kok sudah ada aktivitas dikamar saya, Mama saya masuk ke kamar dan melihat kita berdua lagi berkemas-kemas mempersiapkan tas bayi dan segala macamnya "Loh ... kenapa ? ada apa ? " | Suami saya yang menjelaskan kalau saya sudah terlihat tanda-tanda persalinan, dan memberi info jika saya harus segera dibawa ke rumah sakit saja agar bisa dipantau proses persalinannya. Mama saya kaget dan langsung bersiap-siap untuk menemani saya dan suami ke rumah sakit.
Suami saya pun mencoba menghubungi dr.Irmiya subuh itu juga melalui whatsapp saya, memberi tau jika saya sudah mulai terlihat tanda-tanda persalinan, dan dr.Irmiya merekomendasikan saya untuk dibawa ke IGD untuk di check apakah sudah ada pembukaan atau belum, menurut infonya tanda-tanda yang keluar itu adalah ketuban yang mulai pecah.
Pagi itu juga saya, suami, dan mama saya berangkat ke rumah sakit, saya disuruh banyak berdoa, dan suami saya menghubungi orang tuanya untuk segera datang ke rumah sakit agar bisa menemani mama saya untuk memantau proses persalinan saya.
Sampai Rumah Sakit saya langsung dibawa ke IGD, saya di check apakah sudah ada pembukaan, informasi dari suster yang menangani saya tidak jelas, seingat saya ada bukaan tapi baru bukaan awal, saya ditanya ingin persalinan secara normal atau caesar ? saya menjawab saya maunya normal, dan mohon dipantau dokter untuk proses persalinanya.
Dokter Irmiya yang menangani kehamilan saya pagi itu belum datang kerumah sakit, suami saya whatsapp dan dia janji siang akan datang untuk memeriksa kondisi saya. Setelah dari IGD saya dibawa keruang bersalin (ruang yang sama saat saya melakukan pemeriksaan CTG). Saya mulai merasakan mules-mules kecil, kontraksi-kontraksi kecil yang nikmat sekali, dan saya masih bisa tahan, jika kontraksi hanya seperti ini saya yakin saya bisa untuk melahirkan normal.
Ada bidan yang membantu saya saat di IGD dan membawa saya ke ruang bersalin, bidannya sangat baik sekali, dia perhatikan baik-baik kondisi saya, lalu tidak lupa untuk memberi semangat agar saya bisa bertahan untuk tetap memiliki keinginan melahirkan secara normal, dia memberi info jika normal akan seperti ini, itu, dan ini sedangkan caesar akan begini, begitu, dan begini. Kembali saya melakukan CTG dan saya mendengar bidan saya berkoordinasi dengan dokter kandungan saya melalui telpon, Bidan menginformasikan status hasil CTG, entah ada perbincangan apa antara bidan dan dokter saya, Bidan menghampiri suami saya untuk diajak bicara tanpa saya. Kekhawatiran saya mulai naik tingkat,
Lalu suami saya menghampiri saya menjelaskan kondisi saya saat ini, ada dua pilihan yang harus segera di ambil putusan, karena intinya adalah bayi dalam perut saya harus segera keluar karna sudah waktunya dan ketubannya sudah mulai sedikit. Saya harus memilih proses persalinan dengan Induksi atau Caesar. Tingkat khawatir saya makin tinggi, honeslty saya takut sekali dengan proses persalinan ini, namun keadaan ini mesti saya hadapi, saya takut sampai saya nangis, saya menyerahkan segala keputusan kepada suami saya, saya tidak yakin jika saya bisa melahirkan normal, tapi ada keinginan besar untuk melahirkan normal, sedangkan suami saya sangat percaya saya bisa melalui proses persalinan normal.
Drama pun terjadi disini, suami saya harus segera kembali ke kantor karna ada kerjaan yang tidak bisa ditinggalkan, saya takut karena suami saya nggak akan ada disisi saya selama proses terjadi, kedua saya takut jika ada hal-hal yang tidak diinginkan menimpa saya, saya berdoa, tidak lepas untuk selalu beristigfhar. "Kamu percaya aku bisa normal dengan induksi ?" saya meminta pendapat suami saya | "Kamu itu perempuan kuat yang aku kenal, kamu pasti bisa sayang, kamu kan wanita perkasa, jadi aku yakin banget kamu bisa melahirkan normal" suami saya menguatkan saya dan meyakinkan saya, jujur kata-kata itulah yang menguatkan saya dan dengan Bismillah akhirnya saya decide untuk memilihi proses persalinan normal dengan induksi.
Lalu suami saya kembali ke bidan yang menangani saya, dan setuju jika rekomendasi dokter untuk segera diambil tindakan persalinan normal dengan induksi. Bidan menghampiri saya "Loh kok nangis bu ? kenapa ? hehehehe ... takut yaah ? suaminya mau pergi?" Bidan tersebut malah mencairkan suasana dan berusaha untuk membuat saya menjadi tenang.
Mama saya sebenarnya nggak menyarankan saya untuk di induksi karna dia sangat tau saya, meski saya terlihat kuat di depan, namun menurut mama saya, saya anak yang lemah, manja, dan nggak mungkin bisa menahan sakit, dia berusaha untuk meyakinkan saya dan suami kalau lebih baik mengambil tindakan Caesar saja karna di induksi itu sakitnya luar biasa, mama saya yakin banget kalau saya nggak akan tahan dengan sakitnya (pengalaman dari sepupu-sepupu saya yang pernah di induksi namun berakhir dengan persalinan caesar juga) kata mama saya daripada sakit-nya double-double lebih baik langsung putuskan untuk Caesar. Namun saya meyakinkan mama saya kalau saya bisa, saya mau berusaha semampu saya berjuang untuk melahirkan normal, saya mau tau kemampuan saya juga, masa teman-teman saya bisa normal saya yang terkenal dengan tomboy dan kuat ini nggak bisa melahirkan normal. Ada tantangan tersendiri untuk membuktikan jika saya mampu menjadi Ibu yang kuat untuk melahirkan normal.
Akhirnya induksi pun ditindak oleh bidan yang memantau proses persalinan saya sambil berkoordinasi melalui telpon dengan dokter Irmiya (Obgyn yang memantau kehamilan saya dari kehamilan 2 bulan hingga melahirkan ini).
Reaksi obat induksi mulai terasa, kontraksi-kontraksi ringan yang saya bisa atasi sebelumnya mulai meningkat menjadi nyeri disekitar perut dan pinggang. Suami saya setelah menanda tangani persetujuan proses persalinan normal dengan induksi meminta izin untuk pergi kekantor sebentar, menurut dia prosesnya akan lama, jadi dia bisa menyelesaikan pekerjaannya terlebih dahulu lalu saat akan persalinannya dia yakin akan ada disisi saya.
Setelah beberapa kali merasakan gejolak kontraksi dan beberapa kali diperiksa apakah ada kenaikan pembukaan, saat siang menjelang dokter Irmiya hadir untuk memantau kondisi saya. Dia memeriksa dan mengecek pembukaan, dia bilang sudah bagus dan mesti tetap bersabar dengan gejolak kontraksi yang akan semakin hebat atas kerja obat induksi tersebut. Saya sudah mulai tidak kuat menahan kontraksi yang semakin hebat tersebut, pinggang dan punggung terasa sakit luar biasa, nyeri yang tak tertahankan karna saya belum pernah merasakan sakit seperti itu.
Pukul 12:30 wib saya meminta untuk dokter mengecek apakah ada kenaikan pembukaan, dan dokter bilang ada kenaikan namun masih harus tetap bersabar karna prosesnya memang nggak cepat, saking sakitnya saya bilang saya mulai nggak kuat menahan nyeri yang menyerang punggung dan pinggang saya. "Ini masih pembukaan 5 bu, masih harus menunggu 5 pembukaan lagi, kemungkinan 3-4 jam lagi yah bu, kalau nanti tidak bisa keluar juga bayi-nya kemungkinan kita akan ambil tindakan vakum" Dokter Irmiya menjelaskan kondisinya. Jujur mendengar penjelasan yang mesti menahan nyeri yang luar biasa hingga 3-4 jam lagi saya mulai sedikit frustasi dan ditambah nggak ada suami disisi saya, saya merasa berjuang sendirian disaat-saat saya membutuhkan kehadiran suami saya. Maka saya mencoba menyuruh mama saya untuk menelpon suami saya meminta untuk dia hadir segera menemani saya, namun suami saya tidak bisa karna ada pekerjaan yang benar-benar tidak bisa ditinggalkan.
Nyeri yang datang gelombangnya semakin besar, sakit sekali, nyeri yang nggak pernah saya rasakan sebelumnya, mama saya mencoba untuk terus mendukung saya dan meminta saya untuk tetap berdoa, saya terus berdoa namun sakit luar biasa ini membuat saya akhirnya menyerah, saya nggak kuat jika harus menunggu 3-4 jam lagi, sakitnya luar biasa, dan saya sedih karna suami saya nggak ada untuk menguatkan saya, akhirnya saya memutuskan menelpon suami, saya menyerah jika harus berjuang sendirian tanpa suami saya disisi, maka saya meminta ke dokter Irmiya untuk memilih jalan persalinan operase caesar saja.
Setelah berdiskusi dengan mama, bidan, dokter, dan suami saya, akhirnya kami memutuskan untuk persalinan caesar, dokter bersiap untuk melakukan operasi, dan obat induksi di stop lalu saya diberi obat anti nyeri untuk menghilangkan efek nyeri dari induksi. Pukul 14:00 saya digiring ke ruang operasi, sebelum masuk ke ruang operasi, saya masuk ke ruangan kosong terlebih dahulu, dipakaikan cap rambut, dan disuruh untuk berdoa dan meminta doa kepada keluarga yang menunggu saya, disini momen yang sangat-sangat membuat saya haru, ketakutan saya akan persalinan yang awalnya besar sekali, setelah berjuang setengah mati berusaha melahirkan normal saya ikhlas, saya ikhlas dengan apapun yang terjadi nanti, saya benar-benar menyerahkan segalanya kepada Allah, Saya membesarkan hati saya. Dengan Bismillah saya masuk ke ruangan operasi, ruangan operasi yang awalnya menjadi momok menakutkan bagi saya, ketika saya masuk semuanya terasa menjadi nyaman. Ruangan putih dengan rombongan medis yang entah ada berapa diruangan tersebut, saya dibuat tenang karena ada dokter yang mendampingi saya. Saya merasa nyaman sekali, dokter Anastesi mulai menyapa saya dan meminta saya untuk duduk karena dia akan menyuntikkan obat bius-nya melalui tulang punggung saya, setelah disuntik dan obat bius bekerja, ada bagian tubuh yang menjadi mati rasa.
Perasaan menjadi nyaman, dokter mulai bekerja, entah apa yang dikerjakannya saya merasa dia membelah perut namun saya tidak meraskan sakit sama sekali, yang terasa hanya perasaan nyaman. Suasana diruang operasi yang sangat tenang, diiringi musik I Don't Wanna Miss a Thing-nya Aerosmith. Saya menikmati lagu, dan sesekali team medis menyapa saya dan saya jawab dengan seadanya, lalu beberapa menit kemudian saya mendengar suara tangis, Ya Allah ... saya mendengar suara tangis anak saya, anak saya ya Allah, saya terkagum-kagum dengan suaranya, dan ada perasaan hangat mengalir ke jantung saya. Dokter Irmiya menyapa saya "Alhamdulillah bu, ini anaknya perempuan, cantik, lengkap semua!" | "Alhamdulillah, lengkap yah dok?| "Lengkap bu, Alhamdulillah, Selamat yah bu dini, jadi yang menang siapa nih ? Ujarnya mencairkan suasana, dan saya bersyukur tiada hentinya karena mendengar dokter yang menyebutkan anak saya lengkap tidak ada kekurangan suatu apapun, ya Allah itu adalah doa saya selama kehamilan saya, Alhamdulillah ... rasa syukur saya haturkan tiada hentinya, saya jadi ingin segera melihat anak saya.
Selama diruang operasi saya belum juga dipertemukan anak saya, sampai semuanya beres dibersihkan, dibalut semua luka diperut dan sampai saya dipindahkan dari ruang operasi ke ruang kosong (entah apa itu namanya). Saya melihat dengan ujung mata anak saya sedang dibedong oleh perawat. Masya Allah saya akan bertemu anak saya. Saat perawat menggendong anak saya untuk dikasih lihat ke saya, ya Allah cantik sekali anak saya ini, bayi perempuan mungil yang pipinya ketika pertama kali bersentuhan dengan hidung saya terasa sangat lembut dan wangi, ya Allah saya mau menciumnya nggak hanya sekali, ini anak saya, anak yang berada di perut saya selama sembilan bulan lamanya, anak yang saya doakan setiap hari, perjuangan saya mengandungnya dengan segala macam cobaan yang mesti saya hadapi, kini anak saya ada dihadapan saya, cantik, sehat, dan Alhamdulillah lengkap.
Setelah beberapa kali merasakan gejolak kontraksi dan beberapa kali diperiksa apakah ada kenaikan pembukaan, saat siang menjelang dokter Irmiya hadir untuk memantau kondisi saya. Dia memeriksa dan mengecek pembukaan, dia bilang sudah bagus dan mesti tetap bersabar dengan gejolak kontraksi yang akan semakin hebat atas kerja obat induksi tersebut. Saya sudah mulai tidak kuat menahan kontraksi yang semakin hebat tersebut, pinggang dan punggung terasa sakit luar biasa, nyeri yang tak tertahankan karna saya belum pernah merasakan sakit seperti itu.
Pukul 12:30 wib saya meminta untuk dokter mengecek apakah ada kenaikan pembukaan, dan dokter bilang ada kenaikan namun masih harus tetap bersabar karna prosesnya memang nggak cepat, saking sakitnya saya bilang saya mulai nggak kuat menahan nyeri yang menyerang punggung dan pinggang saya. "Ini masih pembukaan 5 bu, masih harus menunggu 5 pembukaan lagi, kemungkinan 3-4 jam lagi yah bu, kalau nanti tidak bisa keluar juga bayi-nya kemungkinan kita akan ambil tindakan vakum" Dokter Irmiya menjelaskan kondisinya. Jujur mendengar penjelasan yang mesti menahan nyeri yang luar biasa hingga 3-4 jam lagi saya mulai sedikit frustasi dan ditambah nggak ada suami disisi saya, saya merasa berjuang sendirian disaat-saat saya membutuhkan kehadiran suami saya. Maka saya mencoba menyuruh mama saya untuk menelpon suami saya meminta untuk dia hadir segera menemani saya, namun suami saya tidak bisa karna ada pekerjaan yang benar-benar tidak bisa ditinggalkan.
Nyeri yang datang gelombangnya semakin besar, sakit sekali, nyeri yang nggak pernah saya rasakan sebelumnya, mama saya mencoba untuk terus mendukung saya dan meminta saya untuk tetap berdoa, saya terus berdoa namun sakit luar biasa ini membuat saya akhirnya menyerah, saya nggak kuat jika harus menunggu 3-4 jam lagi, sakitnya luar biasa, dan saya sedih karna suami saya nggak ada untuk menguatkan saya, akhirnya saya memutuskan menelpon suami, saya menyerah jika harus berjuang sendirian tanpa suami saya disisi, maka saya meminta ke dokter Irmiya untuk memilih jalan persalinan operase caesar saja.
Setelah berdiskusi dengan mama, bidan, dokter, dan suami saya, akhirnya kami memutuskan untuk persalinan caesar, dokter bersiap untuk melakukan operasi, dan obat induksi di stop lalu saya diberi obat anti nyeri untuk menghilangkan efek nyeri dari induksi. Pukul 14:00 saya digiring ke ruang operasi, sebelum masuk ke ruang operasi, saya masuk ke ruangan kosong terlebih dahulu, dipakaikan cap rambut, dan disuruh untuk berdoa dan meminta doa kepada keluarga yang menunggu saya, disini momen yang sangat-sangat membuat saya haru, ketakutan saya akan persalinan yang awalnya besar sekali, setelah berjuang setengah mati berusaha melahirkan normal saya ikhlas, saya ikhlas dengan apapun yang terjadi nanti, saya benar-benar menyerahkan segalanya kepada Allah, Saya membesarkan hati saya. Dengan Bismillah saya masuk ke ruangan operasi, ruangan operasi yang awalnya menjadi momok menakutkan bagi saya, ketika saya masuk semuanya terasa menjadi nyaman. Ruangan putih dengan rombongan medis yang entah ada berapa diruangan tersebut, saya dibuat tenang karena ada dokter yang mendampingi saya. Saya merasa nyaman sekali, dokter Anastesi mulai menyapa saya dan meminta saya untuk duduk karena dia akan menyuntikkan obat bius-nya melalui tulang punggung saya, setelah disuntik dan obat bius bekerja, ada bagian tubuh yang menjadi mati rasa.
Perasaan menjadi nyaman, dokter mulai bekerja, entah apa yang dikerjakannya saya merasa dia membelah perut namun saya tidak meraskan sakit sama sekali, yang terasa hanya perasaan nyaman. Suasana diruang operasi yang sangat tenang, diiringi musik I Don't Wanna Miss a Thing-nya Aerosmith. Saya menikmati lagu, dan sesekali team medis menyapa saya dan saya jawab dengan seadanya, lalu beberapa menit kemudian saya mendengar suara tangis, Ya Allah ... saya mendengar suara tangis anak saya, anak saya ya Allah, saya terkagum-kagum dengan suaranya, dan ada perasaan hangat mengalir ke jantung saya. Dokter Irmiya menyapa saya "Alhamdulillah bu, ini anaknya perempuan, cantik, lengkap semua!" | "Alhamdulillah, lengkap yah dok?| "Lengkap bu, Alhamdulillah, Selamat yah bu dini, jadi yang menang siapa nih ? Ujarnya mencairkan suasana, dan saya bersyukur tiada hentinya karena mendengar dokter yang menyebutkan anak saya lengkap tidak ada kekurangan suatu apapun, ya Allah itu adalah doa saya selama kehamilan saya, Alhamdulillah ... rasa syukur saya haturkan tiada hentinya, saya jadi ingin segera melihat anak saya.
Selama diruang operasi saya belum juga dipertemukan anak saya, sampai semuanya beres dibersihkan, dibalut semua luka diperut dan sampai saya dipindahkan dari ruang operasi ke ruang kosong (entah apa itu namanya). Saya melihat dengan ujung mata anak saya sedang dibedong oleh perawat. Masya Allah saya akan bertemu anak saya. Saat perawat menggendong anak saya untuk dikasih lihat ke saya, ya Allah cantik sekali anak saya ini, bayi perempuan mungil yang pipinya ketika pertama kali bersentuhan dengan hidung saya terasa sangat lembut dan wangi, ya Allah saya mau menciumnya nggak hanya sekali, ini anak saya, anak yang berada di perut saya selama sembilan bulan lamanya, anak yang saya doakan setiap hari, perjuangan saya mengandungnya dengan segala macam cobaan yang mesti saya hadapi, kini anak saya ada dihadapan saya, cantik, sehat, dan Alhamdulillah lengkap.
My Cute Baby 29092016 - 14:16
Setelah mencium pertama kalinya, bayi saya langsung dibawa keruang bayi, Lalu Suami saya masuk dengan wajah sumringah, dipanggil perawat untuk menemui saya, suami saya mencium kening saya, dan membisikkan "Bayi kita cantik, Alhamdulillah sehat dan nggak ada kekurangan apapun" dan untuk meyakinkan saya dia mengirimkan video saat dia merekam gerakan anak saya pertama kalinya, saya memperhatikan video tersebut dari ujung kepala dan kaki, ya Allah anak saya lucu sekali, saya ingin segera memeluknya. Dan kemudian mama saya menghampiri saya, memeluk saya dan saya mencium tangannya, mama saya bersyukur sekali karna ini cucu perempuan pertamanya, saya lihat airmata haru membasahi pipinya, mama bilang "Alhamdulillah din, bayinya cantik, dan lengkap nggak ada kekurangan apapun".
Rasa syukur tiada hentinya saya ucapkan, berterima kasih kepada Allah S.W.T yang telah menganugerahkan bayi lucu nan mungil ini ke keluarga saya. Semoga kehadirannya dapat membawa kami menjadi orang tua yang dapat selalu membimbingnya dan mengantarkan dia hingga ke Surga nanti. Kami bertanggung jawab agar dia tidak terlena dengan kehidupan dunia. Menjadi anak solehah dan selalu berada di jalan Allah S.W.T
Hadiah Terindah dari Allah S.W.T
Hari Ketiga bayi saya lahir masih belum ada nama, saya dan suami sama sekali tidak memikirkannya selama kehamilan saya, karena awal tau saya hamil suami sangat berharap anaknya lelaki, dia sudah mempersiapkan nama Harun. Dan karena kami baru tau jika jabang bayi perempuan ketika usia kehamilan saya 7 bulan, maka kami sama sekali tidak mencari nama, dan saya menyerahkan tugas memberi nama kepada suami saya.
Kami baru mengetahui anak kami perempuan diusia 7 bulan :-D
Akhirnya setelah melalui pertimbangan sana-sini, browsing mencari nama yang baik saya dan suami memutuskan memyematkan doa melalui nama "Shanum Kafiah Naladhipa" yang artinya: "Diberkahi Allah, Yang Mencukupkan Sehingga Tak Perlu yang Lain, Jantung Hati"
Semoga kami sebagai orang tua mampu menuntun Shanum untuk selalu berada di jalan Allah dan sama-sama melangkah untuk mencapai Jannah-Nya.
Shanum Kafiah Naladhipa, hasil dari perjuangan, keikhlasan, dan menjadi hadiah terindah untuk Ayah dan Bunda :-)
Komentar