Tak Sekedar Hitam&Putih

“Loe nggak pernah tau rasanya berada di titik jenuh sebuah pernikahan din,” ujar wiwit dengan nada meninggi.

Ini potongan percakapan santai gw bareng kedua sahabat gw, Wiwit&Tedy semalam. Udah lama nggak ngumpul bareng mereka dan semalam kita curhat-curhatan dari yang nggak penting sampe hal yang mencengangkan bagi gw !!

Diantara kita bertiga memang baru Wiwit yang udah berumah tangga, gw shock banget dengar cerita dia yang baru 2 tahun nikah tapi udah merasa berada di titik jenuh suatu hubungan.

Jenuh … pernikahan menjenuhkan ??? mungkin bisa dibilang wajar, jangankan nikah, pacaran aja kadang berasa jenuh kok, apalagi udah menikah yang dimana setiap hari harus berhadapan dengan dia lagi-dia lagi, pagi saat buka mata ada dia, sampai malam mau nutup mata dia lagi. Tapi itu semua kan resiko, dimana kita udah memutuskan memilih suatu keputusan terbesar dalam hidup yah harus siap terima dengan jiwa besar segala resikonya bukan?

Jadi nggak ada alasan untuk macam-macam dalam pernikahan toh? Udah memilih dan harus setia dengan pilihan apapun dan gimanapun keadaannya harus konsisten dengan hal tersebut.

Balik ke cerita wiwit yang lagi nggak bisa mengendalikan perasaannya, karena ada seseorang dari masa lalunya yang hadir kembali menawarkan sesuatu yang lebih. Perasaanya lagi nggak terarah hingga dia yakin kalo cowok masa lalunya lah yang dia kehendaki. Dia hanya bisa memendam dalam hati dan mencoba bertahan dengan pernikahannya meski ada yang lain di sudut ruang hatinya itu.

Tentunya gw kesal sebagai teman mendengar hal tersebut, bagi gw apapun alasannya its not fair. Tapi percuma juga gw cuap-cuap membantah pemikiran dia tentang perasaanya, toh gw nggak bisa merasakan keresahan hatinya juga kan ?

Lalu gw coba memposisikan diri sebagai wiwit dan gw coba merasakan apa yang dia rasakan dengan situasi yang dia hadapi sekarang. Gw mikir dan mungkin gw juga akan melakukan yang sama dengan dirinya kalo dihadapi pada situasi tersebut.

God I hate this … makin sadar kalo ternyata hidup itu bukan hanya sekedar HITAM atau PUTIH, ada warna lain yaitu abu-abu, merah, hijau, biru. Dengan mencicipi segala macam warna hidup akan terasa lebih berwarna, indah seperti pelangi …. Pahamkah maksud gw ???

Komentar

bandit™perantau mengatakan…
Tentunya gw kesal sebagai teman mendengar hal tersebut, bagi gw apapun alasannya its not fear. <-- maaf ini maksudnya it's not fair kah?


Daripada mencicipi segala warna supaya hidupnya berwarna, kenapa tidak menciptakan warna sendiri di pernikahan mereka? Kenapa tidak mewarnai pernikahan mereka dengan kesetiaan, dan segala macam warna yg mereka inginkan? Warna kesetiaan, keharmonisan, kebersamaan, saling mendukung, saling menghargai, saling jujur dsbnya...

Mau mewarnai pernikahan dengan perselingkuhan? Perceraian? Pertengkaran? Percekcokan? Boleh saja kalau itu yg mereka inginkan...

Tentu. Saya belum pernah menikah dan mungkin dianggap sok tahu berkomentar seperti ini, tapi saya sering mengamati kehidupan org2 disekitar saya...


Akh, seorang teman saya pernah berkata, "ada memang yg perlu kita korbankan setelah menikah, cinta dgn pasangan masa lalu kita..!"

Postingan populer dari blog ini

My Beloved Friends

Cut Tary oh Cut Tary...

Jadi yang kedua itu gak enak!!