Kenapa Dia ? Teman baikku ?
Ditengah kegalauan ini, semenjak aku memutuskan
untuk mengakhiri kisah yang hanya menyesakkan dada.
Dia hadir menyejukkan panasnya hati ini.
kala air mata terus membasahi, jarinya dengan ikhlas menghusap
agar tak terus mengalir membelah pipi.
tatapan yang dulu biasa menemani mulut ini bercerita,
membanggakan kamu yang aku kagumi,
kini lebih bermakna tertangkap indraku.
Ah ... malu aku sebenarnya menceritakan ini padanya,
kamu dulu yang aku banggakan dihadapannya, kini berbalik arah,
mulut ini tak bisa berdusta untuk menutupi segala sesak didada.
Aku pikir dia akan menyalahkanku atas kekeliruan
yang sering dia ingatkan tentangmu.
Aku pikir dia akan membodoh-bodohi aku
yang sedang buta akan rasa yang dulu melemahkan jiwa.
Namun dia tak begitu, malah memberikan bahunya
untukku bersandar, ikhlas menyapukan air mata yang mengalir deras.
Tak menghakimi dengan perkataan "kan ... dulu gw bilang juga apa"
tapi memberikan kata-kata yang mampu meredam amarah.
saat memutuskan untuk kita tak lagi sejalan,
tak lagi satu irama, aku takut,
apa aku bisa menjalankan semuanya tanpamu,
namun lagi-lagi dia hadir menghapus raguku,
memberi kekuatan lebih pada hati ini,
menopang sebelah kakiku yang pincang
dan mampu meyakinkanku tetap berdiri tegak.
Dan kini aku mampu berdiri,
melupakan semua sesak yang kau tinggalkan diruang hati ini.
Aku sudah kembali tersenyum, bahkan mampu
bernyanyi dalam senandung gitar yang dia mainkan.
Aku melupakan kamu tanpa perlu hitungan bulan,
dan tepat dalam minggu ke empat,
semua bayangmu hilang tertelan kelam.
Bukan aku sengaja menghapus jejak yang tertoreh selama 10 bulan,
kita pernah senang dan sedih bersama,
tak dipungkiri aku dan kamu pernah menjadi satu kisah,
dan itu takkan mampu terhapus, namun kini langkah kita berbeda,
aku lanjutkan langkah dengan jalanku dan kamu silahkan keluar dari pintu itu,
bebas memilih jalanmu menuju tujuanmu.
Aku kembali tertawa ... kembali menemukan
debar-debar pengganti sesak didada.
Membiarkan apa yang mulai tertanam hingga tumbuh dan mekar.
Rasakan ini dan aku tak mau terburu ...
biarkan tumbuh meski mungkin telah tertanam sejak dulu.
Satu yang tak habis fikirku ... kenapa harus dengan teman baikku ????
untuk mengakhiri kisah yang hanya menyesakkan dada.
Dia hadir menyejukkan panasnya hati ini.
kala air mata terus membasahi, jarinya dengan ikhlas menghusap
agar tak terus mengalir membelah pipi.
tatapan yang dulu biasa menemani mulut ini bercerita,
membanggakan kamu yang aku kagumi,
kini lebih bermakna tertangkap indraku.
Ah ... malu aku sebenarnya menceritakan ini padanya,
kamu dulu yang aku banggakan dihadapannya, kini berbalik arah,
mulut ini tak bisa berdusta untuk menutupi segala sesak didada.
Aku pikir dia akan menyalahkanku atas kekeliruan
yang sering dia ingatkan tentangmu.
Aku pikir dia akan membodoh-bodohi aku
yang sedang buta akan rasa yang dulu melemahkan jiwa.
Namun dia tak begitu, malah memberikan bahunya
untukku bersandar, ikhlas menyapukan air mata yang mengalir deras.
Tak menghakimi dengan perkataan "kan ... dulu gw bilang juga apa"
tapi memberikan kata-kata yang mampu meredam amarah.
saat memutuskan untuk kita tak lagi sejalan,
tak lagi satu irama, aku takut,
apa aku bisa menjalankan semuanya tanpamu,
namun lagi-lagi dia hadir menghapus raguku,
memberi kekuatan lebih pada hati ini,
menopang sebelah kakiku yang pincang
dan mampu meyakinkanku tetap berdiri tegak.
Dan kini aku mampu berdiri,
melupakan semua sesak yang kau tinggalkan diruang hati ini.
Aku sudah kembali tersenyum, bahkan mampu
bernyanyi dalam senandung gitar yang dia mainkan.
Aku melupakan kamu tanpa perlu hitungan bulan,
dan tepat dalam minggu ke empat,
semua bayangmu hilang tertelan kelam.
Bukan aku sengaja menghapus jejak yang tertoreh selama 10 bulan,
kita pernah senang dan sedih bersama,
tak dipungkiri aku dan kamu pernah menjadi satu kisah,
dan itu takkan mampu terhapus, namun kini langkah kita berbeda,
aku lanjutkan langkah dengan jalanku dan kamu silahkan keluar dari pintu itu,
bebas memilih jalanmu menuju tujuanmu.
Aku kembali tertawa ... kembali menemukan
debar-debar pengganti sesak didada.
Membiarkan apa yang mulai tertanam hingga tumbuh dan mekar.
Rasakan ini dan aku tak mau terburu ...
biarkan tumbuh meski mungkin telah tertanam sejak dulu.
Satu yang tak habis fikirku ... kenapa harus dengan teman baikku ????
Komentar